Kamis, 12 Februari 2009

INDAHNYA UMROH











PERJALANANKOE KE TANAH SUCI

19 Juli 2008, aku mendapat kesempatan yang tak ternilai, untuk memenuhi panggilanNYA ke Tanah Haram Makkah Al Mukaramah dan Madinah untuk menunaikan ibadah UMROH Bersama istriku. Subhanallah Jika Allah telah berkehendak, sekalipun tanpa perencanaan dan persiapan sampailah aku ke tanah suci Mekkah.

MALAM membelenggu. Angin malam mengirim kesejukan. Jam menunjuk angka 02.30 dini hari. Ya, tertidur setelah merenung betapa nikmatnya bercengkrama dengan Sang kholiq. Air masuk pori-pori, nyaman dingin membasuh badan membasuh jiwa. Ya, Allah nikmatnya

pagiMu, senikmat rongga dada yang Engkau lempangkan. Sajadah terhampar. Tunduk luluh. Nikmatan cinta. Bermuasal dariMu, ya Rabb. Subuh belum masuk kulanjutkan shalat. Seselesai shalat, entah shalat malam, shalat minta ampun, atau shalat apa, pokoknya shalat (doa) ditunai. Lalu, berselancar mengelana dunia maya. Lebih nikmat setelah otak ditundukkan. Terima kasih Allah. Waktu merangkak. Jam 05.30 menuju Bandara Juanda Surabaya. Tak ada yang spektakuler, biasa-biasa saja. Dada berguncang, ketika mentari memancarkan sinar berkahnya, bandara Juanda menyambut tanpa suara. Kini… rupanya sudah siap-siap ke Tanah Suci. Allahu Akbar. Allah Mahatahu dan Maha pemurah. Terima kasih ya Allah. SayangMu kini merasuk jiwa. Amin.
Mungkin karena pesawatnya gede, jadi goncangan yang terasa nggak separah naik pesawat tujuan domestik, kali ya?
20 Juli 2008 malam waktu Madinah, aku landing di Madinah Kota kedua yang bersejarah dalam perjalanan dakwah Rasulullah, dengan kemuliaan Kaum Muhajirin. Rasulullah memuliakan kota ini dengan do'anya "Semoga Engkau jadikan kota Madinah sebagai kota yang makmur,dan tidak pernah banjir."

Subhanallah... inilah dia, saya di Madinah! Perasaan saya sulit dilukiskan. Kendati hawanya sangat panas. Aku langsung menuju Hotel yang letaknya tak begitu jauh dengan Masjid Nabawi.
Malam itu aku makan dulu, baru masuk kamar. Hati ku tak sabar. Napaktilas jejak Rasulullah Saw! Wahaiii... ya Allah tambahkan rasa cintaku padaMu dan RasulMu, pinta ku dalam hati.
Dini harinya, aku berangkat ke Masjid Nabawi untuk menunaikan tahajud dan shalat sunnah lainnya hingga menjelang subuh. Sabda Rasulullah Saw, “Pahala sembahyang di masjidku ini adalah seribu kali lebih baik daripada sembahyang di lain-lain masjid kecuali di Masjidil Haram.”
Subhanallah…….... besar sekali, megah, tak terasa air mata menetes. Nikmatnya setiap saat bisa minum zam-zam, setiap melaksanakan shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah aku berusaha di raudhah
Raudhah merupakan satu tempat yang sangat mulia dalam Masjid Nabawi. Selain menjadi tempat Rasulullah Saw dan para sahabat beribadah dan tempat turunnya wahyu kepada Rasulullah Saw, Raudhah juga merupakan sebuah taman surga. Disamping raudhah terdapat makam Rasulullah Saw, makam Saidina Abu Bakar As-Siddiq, dan Makam Saidina Umar Bin Al-Khattab.
Diamping Ziarah ke makam Rasulullah Saw, makam Saidina Abu Bakar As-Siddiq, dan Makam Saidina Umar Bin Al-Khattab, aku juga mengunjungi perkuburan Baqi’, yakni kawasan perkuburan bagi penduduk Madinah dan siapa saja yang meninggal dunia di Madinah (termasuk jamaah Haji dan Umrah). Rasulullah Saw sering menziarahi perkuburan Baqi’. Baginda mengucapkan salam, berdoa memohon keampunan serta rahmat Allah bagi mereka yang dikuburkan di sana. Konon pada hari akhir kelak, setelah Rasulullah Saw dibangkitkan, maka mereka yang dimakamkan di Baqi’ inilah yang akan dibangkitkan selanjutnya. Nggak heran banyak orang yang tinggal di luar Madinah, berwasiat ingin dimakamkan di sana jika meninggal kelak.
Yang dikuburkan di Baqi’ di antaranya adalah Ahlul bait (keluarga Rasulullah Saw) di sebelah kanan pintu utama, mereka yaitu: Fatimah binti Rasulullah Saw, Hasan bin Ali bin Abi Talib, Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Talib, Abbas bin Abdul Mutalib, Muhammad Al-Baqir bin Zainal Abidin, Jaa’far As-Sodiq bin Muhammad Al-Baqir.
Ada juga makam anak Rasulullah Saw seperti Ruqayyah, Ummu Kalsum, dan Zainab. Dan makam istri Rasulullah Saw, seperti ‘Aisyah binti Abu Bakar As-Siddiq, Saudah binti Zam’ah Al-Amiriah, Hafsah binti Umar bin Al-Khattab, Zainab binti Khuzaimah Al-Hilaliyyah, Ummu Salamah binti Abu Umayyah Makhzumiyyah, Juwairiyyah binti Al-Haris Al- Mustaliqiyah, Ummu Habibah, Ramlah binti Abu Sufyan, Safiyah binti Huyai bin Akhtab, Zainab binti Jahsy.

Selain Masjid Nabawi ada beberapa masjid bersejarah di Madianah yaitu
1. Masjid Quba’
yakni masjid yang pertama didirikan oleh Rasulullah Saw di Madinah.

2. Masjid Al-Jumu’ah
Terletak sekitar ½ km dari utara Masjid Quba’. Setelah empat hari di Quba’ Rasulullah Saw keluar dari Quba’ pada hari Jumat menuju ke Bandar Madinah. Ketika beliau sampai ke Wadi Ranauna, waktu sholat jumat telah masuk, beliau sholat jumat di sana. Inilah sholat jumat pertama yang didirikan Rasulullah Saw selepas hijrah secara terang-terangan.
3. Masjid Al-Qiblatain (masjid dengan dua kiblat)
Terletak di tengah perkampungan Bani Salamah, sebelah barat daya Madinah dan dikelilingi kebun-kebun. Sewaktu Rasulullah Saw tiba di Madinah, beliau diarahkan supaya menghadap ke arah Baitul Maqdis (kiblat sholat). Saat itu banyak orang Yahudi di Madinah dan kiblat mereka memang Baitul Maqdis, tentu saja mereka senang dengan kondisi ini. Orang Yahudi waktu itu mengejek Rasulullah Saw, “Muhammad menentang ajaran kita, tapi sholatnya mengikuti kiblat kita.”
Karenanya Rasulullah Saw berdoa supaya turun wahyu agar diperbolehkan menghadap Baitullah. Akhirnya setelah 16 atau 17 bulan Rasulullah Saw menghadap Baitul Maqdis, baru mendapat perintah unuk berkiblat Kaabah.
4. Masjid Al-Fath
Terletak di barat laut Jabal (bukit) Sila’ dan menghadap Wadi But-han atau sekarang dikenal dengan Wadi Abu Jidah, yaitu sebelah selatan dari bagian barat Khandak (parit dalam peperangan Ahzab).
Rasulullah Saw berada di tempat ini setelah selesai menggali parit. Di kawasan ini juga Rasulullah Saw memeriksa tentara Muslimin sebelum berhadapan dengan tentara kafir.
Dalam suatu riwayat Imam Ahmad, Jabin bin Abdullah bercerita, “Pada hari peperangan Ahzab (Khandak), Rasulullah Saw telah berdoa sebanyak tiga kali, yaitu pada hari senin, selasa, dan rabu, di tempat kedudukan masjid ini agar Allah mengalahkan tentara Ahzab dan Allah telah mengabulkan permintaan tersebut pada hari ketiga, yaitu Rabu.”
5. Masjid Tujuh (di sekitar kawasan masjid Al-Fath)
Di sekitar Jabal Sila’ terdapat beberapa buah masjid yang dikenal dengan Masjid Tujuh. Namun masjid yang masih ada hingga kini adalah: Masjid Salman Al-Farisi, Masjid Umar bin Al-Khattab, Masjid Ali bin Abi Talib, Masjid Sa’ad bin Muaz-sekarang Masjid Fatimah Az-Zahra, dan Masjid Abu Bakar As-Siddiq.
6. Masjid Al-Musalla
Sekarang dikenal sebagai Masjid Al-Ghamamah yang terletak di sebalah selatan Madinah. Berwarna kelabu dan berkubah putih. Mendapat nama Al-Musalla karena Rasulullah Saw mengerjakan sholat hari raya di sekitar kawasan terbuka di Al-Manakha dan kemudian hari menjadikan kawasan masjid ini sebagai tempat khas bagi sholat hari raya.

21 JULI 2008 Jam 12.00. tepat aku tibai di Masjidil Haram. Kami shalat maghrib dan isyak di hadapan Ka’bah yang megah. Kemudian... aku tawaf tujuh kali sebagai syarat melaksanakan umroh. Ketika tawaf menyentuh Rukun Yamani... nggak sulit....selanjutnya... aku mengincar Hajar Aswad.

Masya Allah.... ramainya mereka mengepung. Manusia-manusia itu saling berebut, saling sikut, saling dorong, saling tarik, demi menyentuh Hajar Aswad. Doa saya, “Ya Allah... ijinkan aku menyentuh dan mengecupnya sekali saja...”
Perjuangan dimulai. Bismillah... aku berusaha meringsek masuk. Tangan saya menggapai-gapai, demikian pula tangan teman-teman saya. Semuanya... berlinangan air mata, memohon pada Allah untuk memberikan ijin menyentuh batu syurga itu.
Ya Allah …. saya ditarik keras dari belakang. Astaghfirullah.... kaku terlempar , aku terkejut, panik. Namun pantang menyerah. Aku kembali mencoba, sambil menggenggam erat tasbihku kesayanganku aku dengan tangan kiri (takut ketarik lagi) tangan kanan aku terus menggapai-gapai.
Sungguh mengerikan melihat perjuangan manusia-manusia itu. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri, tak peduli jika dorongannya menyakiti orang lain. Mungkin begitu pulalah aku.
Ketika aku melihat bahwa untuk mengecup Hajar Aswad, kepala harus masuk, nyali aku menciut. Bagaimana kalau ada yang mendorong kepala ku ke dalam? Aku ngeri, maka aku berdoa, “Ya Allah... menyentuh saja nggak apa....”
Sebenarnya aku sempat menyentuh bagian perak yang menaungi Hajar Aswad, namun aku nggak puas. Aku kembali berjuang. Terlempar kembali setiap ada yang bergerak keluar (setelah berhasil menghampiri Hajar Aswad). Batin ku sempat menyarankan untuk menyerah, namun aku kembali gigih.
Hatiku kerap berkata, “Beginilah mengatasi persoalan hidup, pantang menyerah, coba terus...”
Bismillah... ya Allah ijinkan aku menyentuhnya sekali saja..... aku kembali terdorong keluar, makin jauh jarak ku dengannya. Aku kembali maju, meski perasaan putus asa sudah menyusupi pikiran ku

Maju Terus! aku membathin. Aku mencoba lagi, lagi, dan lagi, hingga akhirnya, tangan kiriku berhasil mengusapnya, saya menanamkan lagi dalam-dalam tangan aku, mengusapnya lagi.
“Terima kasih ya Allah... Kau telah mengijinkan hamba untuk menyentuhnya... terima kasih...” ratap saya.
Memang semua yang terjadi di dunia ini pasti atas ijinNya. Tanpa ijin dan ridhoNya, apa artinya kita? Manusia yang sombong dan nggak tau diri. Kadang kita pun hanya menghadapNya saat masalah menumpuk di depan mata. Sholat dengan benar, saat ingin doa kita betul-betul dikabulkanNya. Tapi apa yang kita lakukan saat kita tengah senang, tengah lapang, tengah bergelimang kesenangan? Masih ingatkan kita berlama-lama bermunajat padaNya? Menangis, mengadu padaNya??!

Sabda Rasulullah Saw,“Hajar Aswad itu diturunkan dari syurga. Warnanya lebih putih daripada susu. Maka dosa anak-anak Adam yang telah menjadikannya hitam.”
Kelebihan Hajar Aswad di antaranya:
1. Berasal dari batu syurga (yaqut) yang mulia. Sabda Rasulullah Saw,”Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim merupakan dua biji batu daripada batu syurga. Allah telah menghilangkan cahaya pada kedua-duanya. Jika tidak, niscaya cahaya kedua-duanya akan menerangi di antara timur dan barat.”
2. Hajar Aswad mendapatkan kelebihan dan ketinggian yang tidak diberikan kepada batu-batu yang lain. Kedudukannya berada di penjuru rumah Allah yang mulia. Ditambah lagi dengan kecupan Rasulullah Saw kepadanya, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya. Hajar Aswad menjadi tempat pertemuan bibir para nabi, orang-orang sholeh, para jamaah haji dan umrah di sepanjang lipatan sejarah. Ia juga menjadi tempat permulaan dan berakhirnya tawaf, sekaligus ia adalah tempat doa yang mustajab.
3. Hajar Aswad akan menjadi SAKSI kelak kepada orang-orang yang telah menyalaminya (menziarah dan mengusapnya dengan kebenaran pada Hari Kiamat. Rasulullah Saw bersabda, “Demi Allah, Allah akan membangkitkannya pada Hari Kiamat kelak. Baginya dua mata. Dia akan melihat dengannya. Baginya lidah yang dia akan berkata-kata dengannya, menjadi saksi kepada siapa saja yang telah mengusapnya dengan kebenaran,”
4. Mengusap Hajar Aswad dan mengusap Rukun Yamani dapat menghapuskan dosa. Seperti tertuang dalam sabda Rasulullah Saw,”Mengusap Rukun Yamani dan mengecup Hajar Aswad akan menghapuskan kesalahan (dosa),”
5. Rasulullah Saw telah memuliakannya. Umar Bin Al-Khattab mengecup Hajar Aswad dan berkata, “Aku tahu kamu hanyalah sebiji batu yang tidak memberi musibah maupun memberi manfaat. Jika tidak karena aku telah melihat Rasulullah Saw mengecupmu, aku tidak akan melakukannya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar